Ini repost kejadian waktu saya kelas 9 heheh, Godspeed!
Allooohaaa… sudah lama saya tidak menulis blog, hehe, selain
persiapan UN yang sudah dimulai dari bulan Oktober kemarin, saya juga
punya banyak halangan untuk buka lappy kesayangan ini
. Dan mengenai post ini, sebenarnya kejadian ini udah terjadi di awal
bulan November, tapi berhubung saya bebal dan gak menuliskannya,
akhirnya ketunda deh -___- untungnya Roh Kudus sudah mengingatkan saya
untuk menuliskannya. Saya menulis post ini saat saya lagi ulum, menurut
saya, buat apa ditunda lagi, lebih baik saya tulis sekarang dari pada
menunggu liburan natal dan lupa lagi. Daaannn…di post kali ini, saya
akan membahas mengenai hati yang bersyukur! dan seperti biasa, akan
diawali dengan sharing, heheh..
Jadi, di akhir tahun 2012 ini, selama tiga bulan berturut-turut, dari
Oktober-Desember, para anak kelas 9 sedang sibuk hunting SMA. Well,
begitupun saya. Jujur saja, nyari SMA itu cukup sulit, tapi untungnya
saya memiliki cadangan SMA yang lumayan bagus dan dekat dengan rumah
saya pula, benar-benar SMA idaman. Tadinya, saya berencana menunggu nem
keluar dan memilih SMAN, tentu saja selain menghemat pengeluaran orang
tua, koneksi untuk kuliah pun tidak susah melalui SMA negeri.
Tetapi, sepertinya Tuhan sudah benar-benar mengubah pikiran saya, dan
Dia ingin anakNya yang satu ini bertumbuh di SMA yang sudah dipilihkan
Nya. Akhirnya masa penantian pendaftaran SMA tersebut pun saya hadapi.
Saya terus mencari info dari teman, kakak kelas, internet, bahkan di
SMAnya sendiri. (mulai saat ini, SMA tersebut akan saya sebut
SMA A.) Tapi, saya tidak mendapatkan info apa pun. Tujuan saya mencari
info mengenai SMA A sangat awal karena saya ingin mendaftar di jalur
prestasinya. Yaah, bagaimana pun juga, jalur prestasi itu lebih
menguntungkan dari pada jalur test.
Hari Selasa, 30 Oktober 2012, saya melihat teman saya membawa
formulir pendaftaran SMA A. Saya agak kaget karena tidak mendapat
informasi dari siapa pun atau pihak mana pun, baik dari SMP saya
sendiri, ataupun dari SMA A. Dan pada hari Kamis, 1 Nov, saat saya pergi
ke SMA A bersama teman, pihak TU mengatakan bahwa jalur prestasi
terkahir dikumpulkannya besok. Waktu itu saya hampir setengah syok, dan
cuma bisa mingkem gak jelas. Singkat cerita, perjuangan saya mencari
akte kelahiran, legalisir rapot di sekolah sampai 2 jam, lari-lari ke
tukang foto kopi, tidak sia-sia, karena malamnya formulir sudah terisi
dan bisa dikembalikan ke SMA A. Tapi, pada Hari Jumatnya, saya baru
sadar, rapot saya salah input, dan ini membuat saya tegang selama jam
pelajaran, dan bolos pedalaman materi pun menjadi satu-satunya pilihan.
Saat saya sampai di TU SMA A, TUnya tutup, dan saya pulang ke rumah
dengan tampang kain pel. Sembari menangisi nasib, saya sempat
menyalah-nyalahkan berbagai macam pihak. Tapi di hari itu juga, saya
benar-benar belajar untuk minta ampun, BERSERAH, BERHARAP, dan PERCAYA. Dan selama masa penantian pengumuman, rasa khawatir tidak terasa sedikitpun
Pada tanggal 6 Nov, di malam hari, saya kembali berdoa syafaat untuk
menyerahkan hari besok, hari pengumuman, dan saat saya sedang berdoa,
Tuhan menasihati saya,
JC : “Daughter……”
V : “Ya, Bapa?”
JC : “Besok, pas pengumuman, kamu udah siapin hati kamu?”
V : “iya dong, aku udah gak begitu mikirin juga sih..”
JC : “pokoknya, besok, apa pun
hasilnya, kamu harus bersyukur, karena apa pun itu, itu semua dari Aku.
Belajarlah untuk bersyukur. Jangan terlalu senang atau terlalu sedih
sampe-sampe kamu lupa untuk bersyukur.”
Saya mengamini itu semua, dan saya berniat untuk bersyukur sangat,
apa pun hasilnya. Pagi hari tanggal 7, ternyata saya malah deg-degan.
bener-bener merinding dan gemeteran, sampai akhirnya saya meminta ayat
dari Tuhan, dan saat membuka Time Line twitter saya, tidak sengaja mata
saya fokus dengan tweet dari suatu account luar isinya : “1 Peter 5 : 7
Putting all ur troubles on Him, for He takes care of u. (1 Petrus 5 : 7
serahkanlah segala kekuatiranmu kepadaNya, sebab Ia yang memelihara
kamu.)” Saat itu saya cuma mau menangis terharu dan memuji Dia.
Siangnya, saya tau, saya emang GAK KETERIMA karena ada satu term yang
beda 2 poin dari standarnya.
Jujur aja, saya nangis kejer di rumah, bahkan di sekolah jadi galau
banget. Dan akhirnya Tuhan kita yan mengerti bahasa tetesan air mata itu
memberikan saya satu validasi, Ayub 5 : 17. Emang saya gak digampar
sih, tapi yang saya garis bawahi yaitu ayat 17b. Memang saya sedang
diajar untuk bersyukur. Dan saat ini, saya udah melupakan hal gak
keterimanya saya itu, dan udah malas menggalau-galaukan itu, karena toh
memang gak penting. Saya bersyukur banget, saya bisa dididik begini,
emang mungkin saya gak keterima jalur nontest, tapi, kalo Tuhan punya
rencana lain, dan Dia mau saya belajar sesuatu, toh gak rugi juga kan
B-)
Jadi sebenarnya, bersyukur itu bukan pas kita dapat mobil, atau naik
pangkat, atau didatengin artis kece, atau hal-hal “WOW” lainnya doang.
Bersyukur itu kapan pun, di mana pun, di saat apa pun. Belajarlah untuk
menjadi rendah hati, dan gak banyak meminta, cobalah untuk mengucapkan
“Terima kasih Lord..” di setiap saat, dan gak ngomel-ngomel protes di
setiap saat. Jadi, bagaimana? masih mau berpikir untuk menuntut
sesuatu dari Tuhan dan memaksa Dia memberikan macam-macam supaya anda
bersyukur? Kalau berpikir seperti itu, cepet-cepet minta ampun deh.
hehe. Semoga post kali ini memberkati (amin!) anda semua! Godspeed! xD