Wednesday, 6 November 2013

Hati Yang Bersyukur

Ini repost kejadian waktu saya kelas 9 heheh, Godspeed!


  Allooohaaa… sudah lama saya tidak menulis blog, hehe, selain persiapan UN yang sudah dimulai dari bulan Oktober kemarin, saya juga punya banyak halangan untuk buka lappy kesayangan ini :( . Dan mengenai post ini, sebenarnya kejadian ini udah terjadi di awal bulan November, tapi berhubung saya bebal dan gak menuliskannya, akhirnya ketunda deh -___- untungnya Roh Kudus sudah mengingatkan saya untuk menuliskannya. Saya menulis post ini saat saya lagi ulum, menurut saya, buat apa ditunda lagi, lebih baik saya tulis sekarang dari pada menunggu liburan natal dan lupa lagi. Daaannn…di post kali ini, saya akan membahas mengenai hati yang bersyukur! dan seperti biasa, akan diawali dengan sharing, heheh..

  Jadi, di akhir tahun 2012 ini, selama tiga bulan berturut-turut, dari Oktober-Desember, para anak kelas 9 sedang sibuk hunting SMA. Well, begitupun saya. Jujur saja, nyari SMA itu cukup sulit, tapi untungnya saya memiliki cadangan SMA yang lumayan bagus dan dekat dengan rumah saya pula, benar-benar SMA idaman. Tadinya, saya berencana menunggu nem keluar dan memilih SMAN, tentu saja selain menghemat pengeluaran orang tua, koneksi untuk kuliah pun tidak susah melalui SMA negeri.
  Tetapi, sepertinya Tuhan sudah benar-benar mengubah pikiran saya, dan Dia ingin anakNya yang satu ini bertumbuh di SMA yang sudah dipilihkan Nya. Akhirnya masa penantian pendaftaran SMA tersebut pun saya hadapi. Saya terus mencari info dari teman, kakak kelas, internet, bahkan di SMAnya sendiri. (mulai saat ini, SMA tersebut akan saya sebut SMA A.) Tapi, saya tidak mendapatkan info apa pun. Tujuan saya mencari info mengenai SMA A sangat awal karena saya ingin mendaftar di jalur prestasinya. Yaah, bagaimana pun juga, jalur prestasi itu lebih menguntungkan dari pada jalur test.
  Hari Selasa, 30 Oktober 2012, saya melihat teman saya membawa formulir pendaftaran SMA A. Saya agak kaget karena tidak mendapat informasi dari siapa pun atau pihak mana pun, baik dari SMP saya sendiri, ataupun dari SMA A. Dan pada hari Kamis, 1 Nov, saat saya pergi ke SMA A bersama teman, pihak TU mengatakan bahwa jalur prestasi terkahir dikumpulkannya besok. Waktu itu saya hampir setengah syok, dan cuma bisa mingkem gak jelas. Singkat cerita, perjuangan saya mencari akte kelahiran, legalisir rapot di sekolah sampai 2 jam, lari-lari ke tukang foto kopi, tidak sia-sia, karena malamnya formulir sudah terisi dan bisa dikembalikan ke SMA A. Tapi, pada Hari Jumatnya, saya baru sadar, rapot saya salah input, dan ini membuat saya tegang selama jam pelajaran, dan bolos pedalaman materi pun menjadi satu-satunya pilihan. Saat saya sampai di TU SMA A, TUnya tutup, dan saya pulang ke rumah dengan tampang kain pel. Sembari menangisi nasib, saya sempat menyalah-nyalahkan berbagai macam pihak. Tapi di hari itu juga, saya benar-benar belajar untuk minta ampun, BERSERAH, BERHARAP, dan PERCAYA. Dan selama masa penantian pengumuman, rasa khawatir tidak terasa sedikitpun :D



  Pada tanggal 6 Nov, di malam hari, saya kembali berdoa syafaat untuk menyerahkan hari besok, hari pengumuman, dan saat saya sedang berdoa, Tuhan menasihati saya,
JC : “Daughter……”
V : “Ya, Bapa?”
JC : “Besok, pas pengumuman, kamu udah siapin hati kamu?”
V : “iya dong, aku udah gak begitu mikirin juga sih..”
JC : “pokoknya, besok, apa pun hasilnya, kamu harus bersyukur, karena apa pun itu, itu semua dari Aku. Belajarlah untuk bersyukur. Jangan terlalu senang atau terlalu sedih sampe-sampe kamu lupa untuk bersyukur.”

  Saya mengamini itu semua, dan saya berniat untuk bersyukur sangat, apa pun hasilnya. Pagi hari tanggal 7, ternyata saya malah deg-degan. bener-bener merinding dan gemeteran, sampai akhirnya saya meminta ayat dari Tuhan, dan saat membuka Time Line twitter saya, tidak sengaja mata saya fokus dengan tweet dari suatu account luar isinya : “1 Peter 5 : 7 Putting all ur troubles on Him, for He takes care of u. (1 Petrus 5 : 7 serahkanlah segala kekuatiranmu kepadaNya, sebab Ia yang memelihara kamu.)” Saat itu saya cuma mau menangis terharu dan memuji Dia. Siangnya, saya tau, saya emang GAK KETERIMA karena ada satu term yang beda 2 poin dari standarnya.
Jujur aja, saya nangis kejer di rumah, bahkan di sekolah jadi galau banget. Dan akhirnya Tuhan kita yan mengerti bahasa tetesan air mata itu memberikan saya satu validasi, Ayub 5 : 17. Emang saya gak digampar sih, tapi yang saya garis bawahi yaitu ayat 17b. Memang saya sedang diajar untuk bersyukur. Dan saat ini, saya udah melupakan hal gak keterimanya saya itu, dan udah malas menggalau-galaukan itu, karena toh memang gak penting. Saya bersyukur banget, saya bisa dididik begini, emang mungkin saya gak keterima jalur nontest, tapi, kalo Tuhan punya rencana lain, dan Dia mau saya belajar sesuatu, toh gak rugi juga kan B-)
  Jadi sebenarnya, bersyukur itu bukan pas kita dapat mobil, atau naik pangkat, atau didatengin artis kece, atau hal-hal “WOW” lainnya doang. Bersyukur itu kapan pun, di mana pun, di saat apa pun. Belajarlah untuk menjadi rendah hati, dan gak banyak meminta, cobalah untuk mengucapkan “Terima kasih Lord..” di setiap saat, dan gak ngomel-ngomel protes di setiap saat. Jadi, bagaimana? masih mau berpikir untuk menuntut sesuatu dari Tuhan dan memaksa Dia memberikan macam-macam supaya anda bersyukur? Kalau berpikir seperti itu, cepet-cepet minta ampun deh. hehe. Semoga post kali ini memberkati (amin!) anda semua! Godspeed! xD